Ada yang percaya nggak sih dengan cinta pertama? Dulu, Sagita berpikir bahwa cinta pertama adalah ketika pertama kalinya merasakan cinta, pada saat dirinya jatuh hati kepada sang pujaan untuk kali pertama dalam hidupnya. Sagita sudah jatuh cinta tiga kali di sekolah dasar dalam kurun waktu yang begitu cepat, perempuan kecil itu selalu jatuh cinta kepada setiap sosok yang berbuat baik kepadanya. Ketika Sagita masuk ke sekolah menengah, perempuan dengan mata segaris itu jatuh cinta lagi dengan kakak kelas yang baik hati padanya ketika masa orientasi, alasan jatuh cinta Sagita selalu sederhana, cukup baik hati dan membuat perempuan itu merasa nyaman. Namun, karena kelas mereka yang terlampau jauh dan jarang bertemu, perasaan itu akhirnya hilang dengan sendirinya. Pada akhirnya, Sagita merasa jatuh cinta tidak lebih dari perasaan yang tidak berguna dan terlampau sia-sia. Ketika hari itu Sagita pindah ke kelas baru di minggu pertamanya di sekolah menengah. Perempuan itu bertemu dengan siswa laki-laki yang menjabat sebagai ketua kelas di kelas barunya itu, tidak ada yang spesial darinya, Sagita pun tidak merasa ada yang spesial dari perasaannya kecuali hanya mengenalnya sebagai ketua kelas dan teman barunya. Namun, ketika Sean selalu berbuat baik hanya kepadanya, Sagita dengan mudah jatuh cinta lagi, Sagita kembali jatuh cinta dengan kebaikan hati yang dimiliki oleh lawan jenisnya. Sosok yang tidak pernah disukai para siswi di kelas karena kelakuan jahilnya, ternyata berhasil membawa Sagita berkelana dengan pengalaman barunya dalam hal percintaan, Sagita jadi paham mengapa ia bisa merasakan perasaan meledak-ledak ketika Sean membelikan es krim untuk teman dekatnya, Kalia. Kemudian, Sagita juga hampir tidak pernah bisa menahan senyuman di bibirnya dan dentuman di jantungnya ketika bersitatap dengan lelaki itu. Sagita belum pernah merasakan jatuh cinta yang seperti ini sebelumnya. Sagita akhirnya berpikir, apakah sedari dulu jatuh cinta memang semenyenangkan ini?