Get Better

Berawal dari Marlin yang berhasil menyabet peringkat ke-5 peraih nilai UN tertinggi di sekolahnya, sang ibu mendadak heboh bukan main. Acap kali bertemu dengan tetangga, mulutnya tak sampai lupa memuji-muji Marlin bak pahlawan yang telah berhasil membebaskan sandera. Marlin risih, tentu saja. Baginya peringkat ke-5 itu bukanlah apa-apa, masih jauh bila dibandingkan dengan nilai si peringkat 1.

Marlin mencoba memahami sifat ibunya yang mungkin sudah ditakdirkan memiliki mulut yang ceriwis. Tapi, kesabarannya habis sudah saat beliau- sang ibu tercinta- memaksa Marlin untuk masuk ke SMK jurusan Akuntansi yang isinya hampir cewek semua. Itu bencana. Marlin jelas menolak mentah-mentah titah ibunya. Akuntansi? Dan apa? Cewek semua? Oh God. Marlin bahkan yakin ia bisa gila hanya dalam waktu seminggu bersekolah di sana.

Dan ia hampir saja menangis meraung-raung saat usulan sang ibu berhasil mendapatkan dukungan penuh baik dari ayah maupun kakak kandungnya.

Dia gak mau. Demi Tuhan, punya pemikiran untuk masuk ke SMK saja ia tak pernah. Marlin sudah bertekad untuk masuk ke SMA yang sama dengan Bagus, sang pujaan hati. Tapi ini, jika sudah begini, bagaimana? Bersekolah di SMK dengan jurusan yang ia benci, yang populasinya juga kebanyakan sejenis dengan dirinya, dan lagi ... katanya SMK jurusan Akuntansi itu orangnya pinter-pinter semua. Apalah Marlin, ia malah yakin peringkat ke-5 yang ia dapat cuman sekedar keberuntungan saja.

"Aku mau pindah. Aku gak betah sekolah di sana. Hiks."