Hidupk(a)u mengisahkan perjalanan seorang gadis berusia sembilan belas tahun untuk menemukan arti hidup yang sebenarnya. Usia sembilan belas tahun benar-benar menyadarkannya bahwa dunia masa kecilnya sudah hilang dari kehidupannya. Kelenaannya akan kehidupan masa kecil yang indah membuatnya gelap mata saat menginjak usia transisi menuju dewasa. Masalah demi masalah timbul silih berganti, membuatnya merasa dunia begitu jahat kepadanya. Pertanyaan demi pertanyaan pun timbul dalam benak seolah ingin menentang takdir. Dalam kekalutan yang teramat sangat, ia mengurung diri dan merenung tuk beberapa waktu. Di tengah proses perenungan yang tak sebentar, berbagai gejolak kehidupan mencuat satu per satu seakan memberi tanda baginya. Perenungan yang begitu menguras pikiran dan perasaan. Perenungan yang begitu melelahkan raga serta jiwa. Namun terselip jawaban-jawaban Tuhan di setiap gejolak yang menyeruak di permukaan. Masa dewasa yang ia pikir hanya soal jatuh cinta dan patah hati, nyatanya lebih membekas dari dua hal klasik itu. Keindahan yang melebihi jatuh cinta, dan keburukan yang melebihi patah hati. Keduanya lebih melekat dalam langkah dan menyatu dalam ego. Keduanya lebih membelalakkan mata akan hidup yang sebenarnya.