"Terkadang manusia hidup perlu untuk merenung sebentar, merenung atas apa yang dimiliki, merenung atas perbuatan yang diperbuat, dan yang terpenting merenung atas diri mereka sendiri."
-Taleetha Zoya Arisha-
Hidup tidak seperti jalan yang baru diaspal, hidup seperti jalan rusak yang berlubang. Tidak ada seorangpun yang hidup seperti mobil yang melewati jalan tol, hidup pasti seperti jalan menuju pegunungan, banyak lika-liku yang dihadapi.
Waktu terasa cepat berlalu, rasanya baru kemarin aku lulus dari perguruan tinggi. Di usia hampir 25 ini masih banyak hal yang aku ingin lakukan, aku masih ingin bebas menikmati masa-masa lajangku. Masalah hidupku memang tidak terlalu berat, tapi aku merasa lelah dengan semua itu.
Keputusanku sudah bulat untuk menikah. Menikah dengan seorang teman dekat mungkin akan berjalan dengan baik. Aku juga yakin ia akan membantu semua permasalahan yang ada nantinya. Jadi aku tidak akan menghadapi semuanya sendiri. Semoga saja.
"Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Semuanya akan baik-baik saja. Kita cukup ikuti alur dan liat endingnya"
-Athafariz Shakeil Miyaz -
Siapa sangka wanita yang sudah lama ku kenal ini akan menjadi istriku. Aku tidak tahan atas penderitaannya selama ini, ia tidak menderita seperti disiksa fisik, melainkan batin.
Sebenarnya aku tidak yakin apakah menikahinya akan menjadi sebuah problem solving untuknya. Semoga saja iya.
Sebuah pernikahan yang menyiksa bagi Kia, ia harus menikahi pria paling mengerikan yang pernah ia jumpai. Marco benar-benar pria yang tidak ada belas kasihan, dia bisa membunuh istrinya sendiri demi keinginannya sendiri, hal yang paling menyakitkan adalah saat Marco melempar tubuhnya dari lantai tiga dan yang membuat Kia tidak bisa berpikir dengan jernih adalah saat ia terbangun kembali setahun sebelum kejadian mengerikan itu.