Hembus Oleh; Ahmad Dahri Masih tak seletih dulu, Ketika terbit matahari perbudakan dari tetangga Masih tak sepenat dulu, Ketika harus mengernyitkan dahi untuk menyuarakan kebebasan Masih tak sesusah dulu, Ketika harus berlari-lari sembunyi di rerimbunan semak-semak, walau akhirnya masuk jua ke lubang buaya Masih tak seberat dulu, Ketika harus bersuara menyatukan emosi dalam warna yang berbeda Namun sekarang angin sudah tak memihak lagi Ketika perjuangan benar-benar di hati dan di pundak mereka Kini hanya berada dalam sekumpulan kertas-kertas proposal yang dibungkus map-map berjalan, serta lobi-lobi slengek-an Warna-warna yang beragam itu menjadi senjata tersakti untuk mengelabuhi atau hanya untuk bermain-main, agar mereka tampak simpati dan empati Kadang toa-toa hanya berisi gaungan-gaungan berisik yang congkah, namun nyatanya hilang jua Sirna dibawa hembusan angin rerimbunan map-map hukum kejaksaan, Dan entah harus menghibur diri seperti apa Jika sirkus-sirkus sudah terbiasa sejak dulu menghampiri benak-banak manusia Di depan mata, di gendang telinga, bahkan di kerumunan nama-nama. Jambangan, 2017