Gue harus tahan cobaan. Si Biji Kecapi lagi ngerusuh di lapak gue. Pohon rambutan yang jadi markas kami akhirnya heboh juga. Kutil sebelah, yang gue sebut Meru ini lumayan jahil. Tangannya kurang ajar. Gue bete setengah mampus. Kaki pendeknya pecicilan, kadang nendang bokong gue seenaknya. Selain rusuh, dia juga sok dewasa. Padahal dia pendek! Kata ayahnya, Meru bakalan tinggi mendadak pas puber nanti. Pertumbuhannya gitu semua. Terlambat, tapi nggak lambat. Gue merinding. Nggak bisa gue bayangin Meru lebih tinggi dari gue! Astaga!
23 parts