"Jodohmu adalah cermin dirimu. Jadilah sosok yang istimewa agar dapat merefleksikan kebaikanmu pada jodohmu." *** Sepenggal kalimat itu mungkin bisa menjadi satu kesimpulan dalam panjangnya perjalanan menapaki langkah suci menuju gerbang pernikahan. Sudah lima buah hati yang kumiliki saat ini. Oh tidak, harusnya enam tepatnya. Namun, si tengah Maghfur harus kurelakan kembali pada Allah dalam usia lima bulan di kandungan. Tali pusatnya terpilin. Sehingga ia tak mendapat masukan oksigen dan makanan. Sudah ketetapan Allah ia harus meninggal di dalam kandungan. Ikhlas. Pasrah. Tahun 2004 lalu aku memutuskan untuk menikah. Sebuah keputusan yang tak mudah bagi seorang mahasiswa semesterq empat di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Ibu kota. Hanya berbekal niat yang kuat untuk menyempurnakan agama. Ada berjuta makna hidup yang tersingkap. Rahasia penciptaan jenis manusia yang berbeda, tugas dan peran seorang laki-laki dan perempuan dalam ikatan suci, hingga memahami pemikiran dan perasaan yang selalu mengundang tanya terhadap diriku dan dia. Mengecap pernikahan di masa muda menjadi suatu petualangan suka dan duka dalam labirin-labirin kehidupan yang nyata dan akhirnya dapat menggenggam bahagia.All Rights Reserved