"Gue tau kita gak akan bisa jadi pasangan pada umumnya, tapi seenggaknya kita bisa bersikap baik terhadap masing masing, aneel" Kataku. Sudah cukup. Kesedihan yg sudah memuncak sudah siap pecah keluar dari mataku, tapi tak akan ku biarkan. Aneel melihatku dengan ekspresi aneh. Seperti, jika aku mati didepan nya dia tak akan peduli. Ekspresinya susah untuk di tebak dan itu membuatku takut. Dia berdiri ketika aku duduk di lantai dan dia mendorongku hingga ku tersungkur ke belakang. menyakitkan. Aku menghela napas dan mencoba untuk bangun. Mengabaikan batinku untuk tidak protes agar tidak ada hal lain yg akan terjadi. "Lo gak ngerti ya? Gue.gak.akan.pernah.mencintai.lo. gue gak akan pernah peduli. Lo nunggu gue, setiap hari, supaya gue pulang ke rumah dan makan malam bareng Lo. Like a normal couples do- Lo menyedihkan, Lo bukan apa apa, sama sekali bukan apa apa bagi gue, bahkan Lo ga pantes buat gue. Lo pecundang dan orangtua Lo? Mereka sama kayak gue. Mereka tau kalo Lo gak berharga dan mau nyingkirin Lo dari dunia ini!" katanya dengan marah. Ku lihat matanya dalam dalam. Aku tidak marah, tidak akan marah. Dia benar. Aku bukan apa apa dan tidak akan pernah jadi apa apa. Aku tau itu. He was damn right. ~ I hope this story Will help people out!!:)