Untuk sahabatku tercinta, Aku tahu kamu selalu akan bersikeras menemukan gagasan didunia ini bahwa aku adalah spesies yang pantas dibilang alay karena memang usahaku yang terus menarik perhatianmu secara berlebihan. Dulu, aku sempat berjuang untuk mencintai diriku sendiri, menerima bagaimana aku terlahir didunia- di dunia yang terkadang terasa lucu, konyol, kejam, garing dan juga kadang receh untuk dijalani didalamnya, tetapi saat aku mengenalmu, ketidaksempurnaanku menjadikanku untuk lebih kuat dalam menerima itu semua. Kamu yang membuatku merasa lebih baik dan merasa memang diriku pantas untuk hidup didunia ini. Tetapi, satu hal. Aku mencintaimu, saat itu. Kamu terlihat biasa saja karena kita memang ditakdirkan untuk berteman saja, bukan? Tetapi, satu hal lagi. Sepertinya semua memang sudah ditakdirkan seperti ini. Kamu adalah kamu. Aku adalah aku. Aku juga tidak berhak untuk memaksa perasaan ini untuk menerima balasan yang sama. Sampai, suatu malam kamu menatap mataku dalam ditengah suasana yang dingin dengan lampu-lampu kamar yang terang lalu kembali gelap, terang lalu kembali gelap. Kamu mengunci mataku. Lalu, seketika kamu menciumku. Apa maksudmu? - hanya pengambaran betapa aku mencintai manusia ini.