Lihatlah dia, wanita manis nan anggun yang duduk di sana. Rambut cokelat tuanya masih seindah dulu, mata biru itu masih sehalus dulu, dan suaranya.. masih semerdu dulu. Tapi apakah hatinya masih mencintaiku seperti dulu? Ah, berkata apa aku ini. Tentu saja tidak. Aku saja hanya bisa menatapnya dari jauh sekarang. Tapi walaupun jauh, hati ini masih miliknya seorang. Aku menyesal, Alea-ku. Aku menyesal telah membuangmu bagaikan sampah yang tak berarti. Aku menyesal telah menyia-nyiakanmu. Aku menyesal telah meremehkanmu. Dan lihat betapa beruntungnya pria itu. Ia yang kau cintai layaknya kau mencintaiku dulu. Ia yang kau sayangi layaknya kau sayangiku dulu. Ia yang kau kecup layaknya kau mengecupku dulu. Kau bahkan rela mati untuknya, sama seperti dulu kau rela mati untukku. Oh, betapa bodohnya aku, Alea, kehilangan Alea-ku, seorang istri yang sempurna.