Seorang laki-laki berdiri ditengah hamparan mayat iblis dan monster dimana pun mata memandang. Dengan memegang sebuah kapak dengan mata pisau dikiri dan kanan yang diperindah oleh cairan merah yang terus menetes ketanah. Pemandangan yang begitu mengerikan untuk orang biasa. Tapi tidak untuk prajurit yang berada disana. Mereka menatapnya dengan tatapan kagum. Seruan keagungan yang tertuju untuk laki-laki itu terdengar dari para prajurit. Mereka menyanjungkan laki-laki itu layaknya seorang pahlawan. Tapi pada dasarnya laki-laki tersebut memang merupakan salah satu dari pahlawan yang melawan raja iblis dan membebaskan umat manusia dari rasa ketakutan yang terasa seperti hujan panah yang tak kunjung berhenti. (Ah... mengapa aku melakukan ini?) Pikir laki-laki itu. Ia mengarahkan pandangannya menatap langit dengan tatapan kosong. (Ini benar-benar menyebalkan! Tidak bisakah aku berhenti?! Aku muak! Muak! Muak dengan ini semua!) " ...mengapa dewa begitu membenciku...?"ucap laki-laki itu dengan nada putus asa. Ia terus mengutuk takdir yang membuatnya melakukan hal yang tidak diinginkannya secara terus menerus tanpa henti. Dari lima pahlawan hanya ia yang masih berdiri di garis depan, menjadi dinding pelindung hidup dari serangan monster dan iblis setiap waktu. Sedangkan keempat pahlawan yang lain menjalani kehidupan damai nan mewah. Sang Pahlawan pemegang pedang suci yang kini menikah dengan sang putri, Sang penyihir yang juga menjadi seorang kepala penelitian sihir, Sang Priest yang telah angkat menjadi sang penyembuh istana lalu yang terakhir Sang pemanah yang kini hidup damai dikampung halamannya. Ya, jika kita pikirkan mengapa laki-laki itu masih berdiri digaris depan? Apa kah dia gila atau....
1 part