"Kakaknya mau coba coffe latte nggak, biar nggak ngantuk" wajahnya sekarang berjarak kurang dari 30 centi dariku.
"Mana?" Tanpa permisi dia menarik leherku dan menciumku, menyuruhku merasakan coffe latte yang barusan diminum olehnya. Sialan. Kudorong dirinya dan berusaha menjauh darinya.
"Ish....kamu ya..." antara shock, kaget atau marah. Dia pria pertama yang merebut ciumanku yang kujaga selama ini demi calon suamiku nanti. Dan dia merebutnya tanpa permisi.
"Aku suka sama kakak. Makanya aku berani cium kakak" ujarnya tanpa dosa. Untung perpustakaan tidak ada pengunjung dan di luar gedung pun tidak ada orang lewat.
"Mencium seseorang itu harus minta ijin dulu. Lagian kamu itu masih kecil, umur kita beda jauh dan lagi kamu masih sekolah dan..."
"Aku nggak peduli apa yang dipikirkan orang lain. Kita menyukai siapa kan hak kita. Kalau aku suka ya aku bilang suka kalau enggak ya aku bilang enggak. Emang kakak nggak suka sama aku?" ucapnya memotong kata-kataku yang ingin menjelaskan kalau apa yang dirasakannya ini salah dan tak mungkin hubungan seperti ini berhasil.