Kebudayaan
Pam ... pam ... trak tung tung tung gong pam ... pam ... pam tung tung gong ...
Suara alunan musik yang indah permai, dan dengan tambahan syair-syair yang dinyanyikan dengan sangat amat merdu, menambahkan indah pada malam itu.
" Hmmm... Gimana Don, kebudayaan sintren ini, sungguh menyenangkan bukan." Tanya Beni
" Iya Ben, suara alunan musik dan syair-syair yang dinyanyikan sangat merdu." Jawab Doni
" Tapi... gimanah kalau budaya Sintren ini sampai punah." Tanya Beni pada Doni
" Hmmm... iya ya. Gimana kalau budaya ini punah. Apalagi sekarang sudah modern, orang-orang pasti lebih suka sama band-band masa kini yang modern kan." Balas Doni
Saat Doni dan Beni sedang bericara tiba-tiba Andi datang karena mendengar pembicaraan Doni dan Beni.
" Gimana Ben, Don... Kalian suka sama budaya Sintren ini ya." Tutur Andi
" Ya jelas kami sangat menyukai budaya seperti ini, secara inikan budaya Indonesia yang harus dilestarikan. Daripada harus suka sama band-band terbaru masa kini. Ya kalau hanya sekedar suka sih tidak apa-apa tapi jangan sampai meninggalkan budaya negara kita sendiri dong." Ujar Doni penuh semangat
" Benar itu Don, kalau bukan kita yang melestarikan, siapa lagi ? Lagi pula budaya Sintren ini asyik loh, tidak kalah seru dengan band-band masa kini." Kata Beni
" Yap betul ... Apalagi kalau bermainnya penuh semangat pasti akan lebih mantap..." Jelas Andi
Mereka bertigapun kembali melihat budaya Sintren, dengan segelas air kopi yang menambah nikmatnya dimalam hari itu.
Sekian gan cerita dari saya semoga bermanfaat
Sky Shaquille dibenci keluarganya saat seseorang mengantarkan surat dari hasil tes DNA yang mengatakan Sha bukan anak kandung daddy dan mommy.
Di usia 8 tahun Sha akhirnya meninggal karna penyakit malaria.
Namun anehnya saat Sha yakin dirinya sudah mati, Sha malah kembali membuka mata dan mendapati dirinya berada diruangan serba putih dengan bau antiseptik. Anehnya lagi ia mendapati daddy yang selama ini membencinya menjadi orang pertama yang menangis haru saat ia membuka mata.
"maafin Daddy Sha"
"ndak au, ni kan dy pi uan"