Kepercayaan Tiyas tentang cinta adalah seperti hujan. Cinta akan datang dengan derasnya lalu jatuh di tanah tanpa jejak, menyisakan luka yang membekas, lalu hilang dengan seiringnya waktu dan akan kembali lagi. Cinta tak memiliki arti apapun dihidupnya, atau lebih tepatnya, Tiyas percaya bahwa cinta itu ada, namun tak ada yang spesial didalamnya. Jika sekarang datang, maka nanti akan pergi, dan jika sekarang pergi, maka nanti akan datang lagi, yah persis seperti hujan yang akan terus berulang. Sedangkan Haji, dia begitu mengidam-idamkan cinta, baginya cinta itu adalah sesuatu yang luar biasa, namun juga berbahaya. Dia berharap suatu hari nanti dia bisa langsung merasakan yang namanya cinta sejati, tanpa harus merasakan yang namanya terluka, dan Haji selalu memakai logikanya untuk itu. Dia tidak ingin menjadi bodoh karena cinta, menjadi sakit dan terluka. Tapi hal itu juga yang membuat dia tidak pernah tahu seperti apa rasanya jatuh cinta. Jika cinta Tiyas itu hujan, maka cinta Haji adalah payung. Saat hujan turun dengan derasnya, saat itu juga payung akan membentang dengan kokohnya. Cinta mereka saling bertolak, tapi di setiap air yang jatuh menumbuk payung, mereka selalu bercerita tentang rasa mereka masing-masing. Entah akan menjadi seperti apa kisah mereka, tapi yang jelas kisah cinta mereka akan menjadi kisah yang menarik untuk dibaca. (Don't Copy My Story) Payung yang Tertumbuk Hujan