Namaku Maskur, aku terlahir dari keluarga sederhana, yang tinggal jauh dari kota. Aku bercita-cita menjadi seorang tentara. Karena bagiku sosok tentara adalah benteng negara. Keinginanku ini diilhami oleh sosok tampilan pamanku yang telah menjadi tentara lebih dulu. Pamankulah yang menanamkan jiwa patriotik ke dalam dadaku . Baginya menjadi tentara lebih mudah dibandingkan pekerjaan lain seperti menjadi guru , penyuluh pertanian , atau pegawai bank sekalipun . Mengingat untuk meraih cita-cita menjadi guru, penyuluh pertanian atau pegawai bank haruslah memiliki ijazah minimal SMA waktu itu, sedangkan untuk masuk tentara ijazah SMP masih bisa diterima. Itulah sebabnya Khumaedi selalu mengajak diriku agar bersedia masuk TNI. Tertantang dengan keadaan ekonomi orang tua. Aku mulai terpikat ajakan pamanku. Meski saat itu aku masih duduk di bangku setaraf SMP , namun keadaan ekonomi orang tualah yang menjadikan aku lebih dewasa dalam berpikir dibandingkan dengan tenan-teman seusiaku.Ketika aku dan temanku yang kala itu berlibur di kampungku yang bernama Paninggaran. Pamanku memberi kabar kalau nanti aku sudah lulus jangan ke mana- mana agar mudah dalam menindaklanjuti semuanya. Aku pun mengiyakan. Tanpa melihat kondisiku yang masih muda belia. Bagaimana tidak, usiaku kala itu baru enam belas . Kata orang remaja tanggung. Tapi aku , tak peduli kata orang , yang penting bagiku bisa segera terwujud cita-cita yang mulia ini. Karenanya saat temanku yang bernama Hardi mengajak lari pagi , aku sangat peduli. Hitung- hitung melatih fisik, aku tambahi porsi latihanku dengan sit up dan puss up agar tubuhku bisa terbentuk menjadi atletis. Dan ketika hal ini kubicarakan dengan Hardi , ia sangat setuju sekali. Bahkan ia mengajakku untuk berlatih renang. Katanya, seorang tentara harus pandai renang. Karena dalam peperangan nanti seorang tentara harus berpindah - pindah dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Dan tidak mustahil akan memasuki medan yang berat, yakni menyeberangi sungai.
Dihamilin sama mantan? Si mantan udah punya tunangan pula!!
"Saya akan menikahi kamu."
"Lalu bagaimana dengan istri anda?"
"Kita akan menikah siri."
***
Di setiap malam Leila selalu menggaungkan akan kerinduannya terhadap kekasih masa kecilnya yang ia tinggalkan begitu saja usai badai menerjang keluarga kecilnya. Namun, tepat ketika perpisahan mereka menginjak tahun ke-14 mereka kembali dipertemukan dengan keadaan berbeda.
Kekasih masa kecilnya, orang yang dulu selalu mengutarakan janji bahwa hanya Leila yang senantiasa terukir di hatinya, tidak akan pernah ada perempuan lain menyingkirkan nama Leila di hatinya, nyatanya di depan mata Leila sendiri, mereka berpelukan seraya membicarakan masa depan mereka.
Seolah belum cukup dengan kekisruhan dalam keluarganya di masa lalu serta mendapat fakta bahwa kekasih masa kecilnya yang tidak pernah hengkang dari hati dan pikirannya, semesta menggoreskan kembali luka yang belum sempat mendapat obatnya.
Tepat di malam setelah gala premiere film dari novelnya, dirinya menghabiskan malam panas yang tidak pernah sekalipun hadir dalam benaknya bersama kekasih masa kecilnya.
Menyatukan mereka yang sempat berpisah belasan tahun lamanya.