"Kau mulai cerewet seperti ibuku, Yessie! Sejak kapan kau perhatian seperti ini padaku?" Austin tersenyum miring. Meletakkan kakinya di atas meja sambil menyemburkan asap rokok di udara. Kali ini tidak ada lagi kata "Bu" yang menyertai kalimatnya. Ya, mungkin sudah seharusnya berbicara santai dengan perempuan satu ini. "Aku istrimu, Aussie. Bagaimana pun aku membencimu, dunia tidak akan merubah kau adalah suamiku." Yessie menoleh ke arah Austin diiringi helaan napas. "Kau membahayakan bayimu jika merokok sembarangan." imbuh Yessie. Austin jengkel mendengarnya. "Serius? Kau merepotkanku, Yessie Monthgomory. Sampai kapan kau mau mengendalikanku dengan membawa bayi itu." Austin kesal. Mau tak mau ia mematikan rokoknya. Bayi... bayi ... dan selalu bayi yang menjadi alasan perempuan itu. "Sekarang berikan aku bir sebagai pengganti rokok ini! Bukankah kau mau menjadi istri yang baik?" Yessie memutar bola matanya. "Ya, aku akan mengambilkannya. Bukan karena aku peduli padamu. Hanya karena kau adalah Ayah dari bayiku." katanya kemudian bangkit berdiri. "Aku tidak tahu sampai kapan kau mau mengaitkan semua yang kaulakukan dengan bayi itu. Aku tahu aku tampan. Setidaknya kau mengakui kalau kau jatuh cinta padaku."