Bukan masalah kalau gue harus menjadi penghapus dan kembali memulai menggerakkan pensil di atas kertas yang hampir, sudah, bahkan sangat rusak. Bukan masalah, kalau gue harus bekerja keras menggambar ulang semua sketsa yang hampir pudar.
Buat gue, dia-lah masa depan. Gak masalah, kalau gue harus menggambar ulang. Dengannya, gambar gue sempurna. Dengan dia di dalamnya, rancangan masa depan gue sangat indah.
Dan gue, gak akan mundur atau memasukkan kertasnya ke mesin penghancur. Karena dia, adalah bagian dari perencanaan sempurna gue.
[Beberapa part di private, terpaksa]
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?"
Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi.
Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berjuang sendiri melahirkan anaknya tanpa suami. Menjadi ibu tunggal bukanlah hal mudah, apalagi lambat laun sang anak selalu bertanya tentang keberadaan ayahnya.
"Mommy, Al selalu doa sebelum bobo. Diulang tahun Al yang ke 5 nanti, papa pulang terus bawain Al boneka dino."
Ibu muda itu hanya menangis, seraya memeluk anaknya. Lalu bagaimana jika ternyata sang ayah juga sebenarnya menginginkan Al.