Kita bertiga adalah sahabat. Sahabat yg tak akan pernah terpisah. Itu pikirku dulu. Namun ketika beranjak dewasa, entah kenapa kata sahabat tidak dapat kulihat lagi di diri Ana. Mata yg sayu, tak terlihat ketika tertawa. Bibirnya yang tebal namun pucat menggoda. Apalagi ketika dia menyingkap rambut mengitari kupingnya.., sungguh ku hanya ingin dia bersamaku hingga aku tiada. Aku ingin memeluknya di tengah jalan, di depan pintu rumah, di meja makan, di manapun aku akan memeluknya, kan ku genggam tangan kanannya hingga dia sendiri yang melepasnya, namun akan kugenggam tangan kirinya, walaupun itu membuatnya jengkel. "Biarlah" itu balasan karena dia melepaskan genggamaanku.
3 parts