17 parts Ongoing Prolog - Clara
Ada nama yang masih kusebut diam-diam dalam doa.
Bukan karena aku belum bisa melupakan,
tapi karena aku belum benar-benar bisa mengikhlaskan.
Namanya Clara.
Dia bukan cinta pertama,
tapi dia yang membuatku yakin untuk berhenti mencari.
Dalam senyumnya, aku temukan pulang.
Dalam genggamannya, aku percayakan masa depan.
Tapi kadang, sekeras apapun kita ingin,
semesta tetap punya cara sendiri untuk mengakhiri.
Kami tidak berpisah karena berhenti mencinta.
Kami hanya kalah
oleh keadaan yang tak berpihak,
oleh kenyataan yang lebih kejam dari rencana-rencana kecil kami.
Lucu, ya?
Cincin yang sempat kupilih dengan tangan gemetar itu,
kini hanya jadi kenangan diam dalam laci.
Ia tak pernah sampai ke jarimu,
karena kita terlalu sibuk meyakinkan orang lain,
hingga lupa menjaga apa yang sudah kita punya.
Clara,
kalau suatu hari kamu membaca ini,
aku ingin kamu tahu
aku tidak pernah menyalahkanmu.
Dan meski kini jalan kita tak lagi sama,
aku tetap mendoakanmu
dengan cara paling sunyi, paling setia, dan paling patah.