Suara derap langkah gontai itu memecah sunyi. Tak lama, sang empunya kaki menghentikan langkahnya, membuat kesunyian kembali menyelimuti lorong ini. Tubuhnya membeku, matanya terpaku pada sosok dihadapannya. Cklek. Seorang pria tampan dangan mengenakan jaket denim kemudian keluar dari sebuah ruang pasien, yang juga tepat didepannya. Membuat mata Kenta otomatis menoleh ke arah pria itu. "Apa kau kenal gadis itu?" Tanya Kenta. Pria itu mengernyit, ia tak mengerti dengan apa yang dibicarakan Kenta. "Gadis itu, kau tidak mengenalnya?" Tangan kanan Kenta menunjuk pada gadis yang tengah duduk dilantai dan menangis tepat disamping pria itu. "Aku kira dia juga keluarga pasien yang dirawat diruangan ini." Lanjutnya. Pria itu semakin mengernyit, dia menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. "Begini, sebenarnya aku tidak tahu pasti siapa yang salah disini. Mungkin ada baiknya jika kau memeriksakan kesehatan jiwamu, atau paling tidak periksakan kesehatan mata mu pada dokter, karena tak ada siapapun disini. Permisi." Pungkas pria itu lalu pergi. Kenta hanya memandanginya sambil menganga, dalam otaknya ia mencerna ucapan pria itu dalam-dalam. "Sial! Dia mengira aku ini gila ya? Padahal aku hanya ingin membantu gadis malang ini." Gumam Kenta. Ia mengalihkan pandangannya dari pria itu menuju sang gadis yang tengah menangis tadi. Namun gadis itu menghilang, ia tak ada ditempatnya semula. Kenta mengedarkan pandangannya ke sekitar, tapi ia tak menemukan gadis itu, hanya ada beberapa perawat rumah sakit dan pria tadi yang bergerak semakin menjauh. "Gadis tadi itu hantu ya?" Batin Kenta.