12 Bagian Sedang dalam proses Malam itu, hujan turun perlahan, menyisakan genangan kecil di trotoar kota yang tak pernah tidur. Lampu-lampu jalan memantulkan cahaya ke aspal basah, menciptakan bayangan yang bergerak seiring langkah-langkahnya. Ia berdiri di bawah kanopi sebuah kedai kopi, mengamati dunia yang terus berjalan, seakan waktu tak pernah peduli pada mereka yang tertinggal.
Di hadapannya, wajah yang begitu akrab kembali hadir. Senyum yang pernah menjadi tempatnya berlindung kini tampak samar di balik tirai hujan. Mata mereka bertemu, saling mencari jawaban yang tak pernah benar-benar diucapkan. Tak ada kata yang keluar, hanya hembusan napas yang menggantung di udara malam.
Mereka pernah hampir hancur, dunia telah berulang kali menjatuhkan mereka, tapi entah bagaimana, mereka selalu menemukan jalan kembali. Seperti malam ini. Seperti setiap kali mereka berdiri di ambang keputusasaan, saling meraih sebelum tenggelam lebih dalam. Bukan untuk selamanya, bukan untuk memastikan esok, tapi cukup untuk saat ini.
Ia ingin mengingat momen ini, mengukirnya dalam kenangan, menulisnya dalam surat yang kelak akan ia ceritakan. Bahwa pernah ada seseorang yang mencintainya tanpa syarat, tanpa perlu menjadi sempurna. Bahwa di dunia yang sering kali kejam, ia pernah merasa diterima seutuhnya.
Dan mungkin, itu sudah cukup.