Bagaimana jika di dunia ini tak punya suatu ukuran untuk membedakan antara kebenaran dan kejahatan? Bagaimana jika orang baik juga diberi hukuman. Jika siang dan malam masih bisa dibedakan lalu mengapa yang hakiki dan yang batil tak bisa dibedakan. Apa sebenarnya yang buta pada diri manusia? Apakah mata mereka yang buta atau malah hati mereka?
Tapi sebagai manusia, mahluk hidup yang paling sempurna, janganlah memandang hidup ini dari satu sudut saja, berilah penglihatan pada mata kita untuk melihat tiap sudut yang berbeda. Terkadang kita hanya melihat ujian yang diberikan tapi kita tak melihat makna disebalik ujian. Tuhan menciptakan manusia dengan dua pilihan, hidup atau mati, melanjutkan atau mengakhiri, mencela atau mencaci. Percayalah, Hidup bukan untu disesali namun untuk di jalani. Hidup bukan untuk ditangisi tapi di syukuri. Rubahlah pandangan kita untuk kehidupan. Pandanglah kehidupan dengan nurani. Renunglah kehidupan dengan sanubari.
Jadilah seperti Akhyar. Meskipun seumur hidupnya dituduh mencuri, diikat disebuah pohon besar, diberi makanan bekas, dicaci maki, dipukuli, tapi ia tak pernah mencoba menanam dendam didalam hati. Ia selalu menjadi insan pemaaf yang, rendah hati dan selalu mensyukuri.
Hanya satu yang ia sesali selama hidupnya. Ia hanya rindu pada ibunya, namun rindunya tak pernah tersampaikan. Hingga ia tahu bahwa ibunya telah tiada.
Sky Shaquille dibenci keluarganya saat seseorang mengantarkan surat dari hasil tes DNA yang mengatakan Sha bukan anak kandung daddy dan mommy.
Di usia 8 tahun Sha akhirnya meninggal karna penyakit malaria.
Namun anehnya saat Sha yakin dirinya sudah mati, Sha malah kembali membuka mata dan mendapati dirinya berada diruangan serba putih dengan bau antiseptik. Anehnya lagi ia mendapati daddy yang selama ini membencinya menjadi orang pertama yang menangis haru saat ia membuka mata.
"maafin Daddy Sha"
"ndak au, ni kan dy pi uan"