di suatu malam ku melihat sebuah kapal yang berlayar di tengah laut , dari ke menara rumah ku terlihat jelas oleh ku , dan sekejap ku memejamkan mata ku , kapal itu telah hilang entah kemana , ku bingung dan langsung masuk ke kamar tidurku lalu akupun tidur , akhirnya pagi juga , nama ku miranda , aku anak smp , dan akulah anak itu yg bisa melihat mahluk aneh yg biasa di sebut indigo , kembali ke awal cerita , aku masih kepikiran dengan kapal itu , seperti ada yang aneh , sangkin penasaran aku mencari sebuah buku tentang kapal tua, sepertinya ada satu buku yg bisa menjelaskan , aku langsung membacanya dan ternyata kapal itu adalah kapal AIMO , itu adalah nama dari seorang kapten kapal tersebut , aku semakin penasaran dengan kapal itu dan setelah ku membaca nya aku langsung pergi dari Perpustakaan itu , dan hari semakin malam aku melihat kapal itu lagi ,, dan seperti nya ada seseorang disana yg menggunakan jubah hitam ini sangat aneh , apakah itu kapten AIMO??.setelah ku berpikir sepertinya ia melihat kesini ", hah dia melempar kan sesuatu kesini , bum
SAMPAI SINI DULU YA GUYS MAU TIDUR
JANGAN LUPA VOT YA??:-(O:-)
Ketika seorang arsitek muda, tampan, mapan, dan dingin bernama Banyu Biru menyakini bahwa jodoh adalah cerminan diri, maka dia cukup percaya diri bahwa jodohnya kelak adalah seorang gadis pendiam yang santun dan tidak suka neko-neko.
Banyu Biru belum melakukan kodratnya sebagai makhluk bergender pria, yaitu memilih. Kepercayaan dirinya pada keyakinan tentang jodoh adalah cerminan diri, membuatnya belum menjatuhkan pilihan di usianya yang ke 28 tahun. Banyu belum menemukan gadis sesuai dengan apa yang dia yakini. Ditambah lagi, jejak masa lalunya yang pernah merasa jatuh cinta pada seorang gadis yang dirasanya adalah tipenya, membuatnya anteng saja di usianya yang sudah matang.
Pun ketika insiden sebuah mobil tertimpa pohon tumbang di kafe di depan kantor Dinas Tata Kota, membawanya berurusan dengan gadis bernama Dian Agni Pangestika, sang pemilik mobil. Agni yang cantik itu justru membuat Banyu terkaget-kaget karena gadis itu begitu blak-blakan dan seperti tidak berniat pelan-pelan saat membuat laporan ke kantornya.
Kata Banyu, dari gaya bicaranya, Agni itu berandalan. Gadis 22 tahun itu bahkan secara terang-terangan menatapnya dari ujung kaki hingga ujung kepala seakan melucutinya tanpa malu.
"Mas jodoh, tolong urusan ganti rugi ini dipercepat nggih? Saya harus pergi sekarang."
Kata-kata Agni itu seketika membuat Banyu Biru membuat benteng setinggi langit dan sepanjang garis cakrawala di depan Agni.
Banyu Biru dan Dian Agni dari kacamata kalian.