Peter van Khan adalah lelaki keturunan Belanda yang memiliki perkebunan keluarga di Palembang. Peter muda mempunyai hobi berburu gajah. Suatu hari, saat hujan telah reda, Peter bersama senapan riflenya beranjak seorang diri, membelah setapak, menaklukkan rimba Sumatera. Di ke dalaman rimba, Peter amat terpesona. Pohon-pohon kayu raksasa menjulang bak tiang-tiang langit, udara-udara perawan, dan bau tanah yang semerbak menghadirkan panorama belantara yang khas. Kaki kokoh Peter terus melangkah, matanya tetap awas mengecek jejak gajah pada pada tanah-tanah basah. Tak terasa, Peter sudah amat jauh melangkah, meninggalkan perkampungan. Meninggalkan keluarganya. Tiba-tiba, terdengar lenguh gajah, suara-suara tapak kaki bergemuruh, tanah bergetar, Peter semakin penasaran, lekas dia awas, mempersiapkan senapan, lalu matanya terus menyeledik ke segala penjuru. Hingga pada satu titik, dia merekam gerombolan gajak yang asik bermain air di pinggiran sungai. Sungguh pemandangan yang amat langka. Peter membatu, tatapan matanya runcing, senapannya siaga, napasnya tertahan. Tingal menghitung detik, maka sasaran yang ditujunya dengan mudah ditaklukkan. Dan...? "Doorrr...!" Suara senapan rifle menderu, memecah belantara yang syahdu. Seketika, kekacauan di tengah hutan amat dominan. Naas, lontara peluru tak membididik sasaran secara tepat, hanya sedikit melukai. Hanya dalam hitungan detik, gerombolan gajah blingsatan, mengendus sumber suara, dan... Seekor gajah paling besar kalap. Peter tersudut, berusaha menghindar, mencari perlindungan, terlambat. Di belantara ini, Gajah adalah petualang yang digdaya. Para pengganggu tak akan dilepas begitu saja. Manusia adalah musuh yang paling buyut. Sejak saat itu, Peter tak pernah lagi kembali dari belantara. Istrinya: Norma, dan kedua anaknya terus menunggu. Pencarian terus dilakukan, hingga kering air mata, hingga segala harapan pupus sudah. namun, Norma dan anaknya masih percaya, Peter masih hidup. Apa yang terjadi pada Peter?All Rights Reserved
1 part