[DIUSAHAKAN UPDATE SESERING MUNGKIN]
Sebuah kisah tentang seorang gadis yang tanpa dia sadari, dirinya mati rasa dan masih terjebak dengan sisi kelam masa lalunya. Ia pikir, dirinya sudah melupakan itu semua, nyatanya mati rasa dan insecure masih mendominasi.
Yang awalnya ia sadar semua sifat ceria, penuh tawa, dan mudah bergaul itu hanya sebuah topeng hingga waktu berlalu sakit tidak dilepasnya topeng itu, ia malah mengecap bahwa itu semua sifat alaminya. Setiap malam merasa resah, lelah, sedih, marah, kecewa bercampur aduk. Namun, bingung dengan apa yang ia rasakan. Nyatanya, sifat sebenarnya itu tertutup, tidak mudah percaya, selalu merasa bahwa dirinya tak layak untuk hidup, hidup penuh tangisa, masa lalu yang tanpa sadar selalu menghantui. Itulah dia sebenarnya.
Bertahun-tahun topeng itu tidak dilepas, sampai di pemilik kesusahan untuk melepasnya. Tidak ada yang mengerti tentang dirinya, karena dirinya pun tidak mengerti akan hidupnya sendiri. Hidupnya penuh tipuan. Merasa hidup sendiri, tidak ada yang peduli. padahal, itu hanya dirinya saja yang tidak bisa percaya dengan semua orang. Jangankan semua orang, dirinya sendiri pun tidak ia percayai.
Setiap pagi dimulai dengan nada yang sama.
Nada yang tidak asing, tapi juga tak pernah benar-benar diingat.
Seperti dengung lembut yang tumbuh dari dinding,
atau bisikan yang terlalu sopan untuk membangunkan siapa pun.
Anak-anak terbangun perlahan.
Mereka tahu kapan harus duduk, kapan harus tersenyum,
dan kapan harus mengatakan "terima kasih" pada sesuatu
yang tidak pernah mereka lihat.
Langit tak pernah berubah.
Lantai tak pernah berdebu.
Hari-hari disusun rapi seperti barisan seprai yang terlipat.
Tidak ada yang jatuh. Tidak ada yang hilang.
Kecuali... sesuatu yang tidak pernah disebut.
Di antara semua yang seragam,
ada satu yang tidak persis cocok.
Seorang anak perempuan yang terlalu tenang,
terlalu sering diam di tengah keramaian,
dan matanya-selalu mencari sesuatu
yang tidak terlihat orang lain.
Serene.
Ia menulis hal-hal kecil di balik kertas tugas.
Hal-hal yang tidak pernah diajarkan,
dan tidak boleh ditanyakan.
Ia mencatat kapan musik terasa sedikit lebih sendu,
kapan suara langkah di lorong tidak cocok dengan jumlah kaki.
Orang bilang Serene hanya anak yang suka berpikir.
Anak yang tidak pernah nakal, tidak pernah melawan.
Tapi mereka tidak tahu...
diam itu kadang bukan berarti lupa,
melainkan mengingat terlalu banyak.
Dan pagi-pagi di tempat ini,
yang seharusnya hangat dan tenang,
perlahan mulai terdengar berbeda-
bukan karena ada suara baru,
tapi karena seseorang mulai benar-benar mendengarkan.
[Update setiap Malam]
*Aku butuh sebuah 🌟 agar mereka yang tak terlihat tidak mendekat *