Because, I'm Yours
  • Reads 884
  • Votes 110
  • Parts 9
  • Reads 884
  • Votes 110
  • Parts 9
Ongoing, First published Nov 19, 2017
"Willy!!!" Jerit Yuka tertahan. "Kalian selalu mengganggu" gumamnya.

	"Menganggu? Kau mau mencari kesempatan lebih jauh pada Yuka? Kau ingin membuatnya selalu tersenyum seperti orang gila setelah kau merayunya, begitu? TIDAK AKAN. Tidak akan aku biarkan" bantah Yudha.

	"Walapun Yuka saudara perempuan paling jelek tapi dia satu-satunya saudara perempuanku. Kau tidak akan mudah membuatnya jatuh hati padamu selama aku ada." Kali ini Willy yang mengancam Slaven.

	Yuka William mendesah malu melirik kedua saudara kembarnya bergantian. "Haiiisshh... Mereka selalu mengacaukannya disaat yang tepat. Mengapa mereka ada disaat seperti ini?" gumam Yuka dalam hati. 

       "Aku mendengarnya.." Willy dan Yudha menatap tajam Yuka


^^
REPOST
All Rights Reserved
Sign up to add Because, I'm Yours to your library and receive updates
or
#335yukikato
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Dosa Ku cover
𝐒oerabaja, 1730 cover
The Best Of Miracle cover
He Fell First and She Never Fell? cover
ELIO RILEY SERGEYEV cover
antagonis wife [TERBIT] cover
After Graduation cover
Kesayangan Bunda cover
Rafa  cover
BABY CHANIE cover

Dosa Ku

69 parts Ongoing

Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput. "Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah. "Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin. 'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.