Ningsih sudah hidup hampir seribu tahun. Masa remajanya di mulai pada masa kerajaan Hindu-Budha. Pernah tujuh belas tahun ia hidup dalam kebohongan yang dilontarkan ibunya sendiri. Perihal yang tampaknya kecil namun semakin membesar seiringan dengan waktu. "Aku ini manusia apa bukan? Kalau bukan lantas aku ini apa?" Pertanyaan itu tak pernah sempat dijawab ibunya. Sekian lama ia temukan jawabannya sendiri. Apakah mengubah hidupnya? Tidak. Hampir seribu tahun, ia menjalani hidupnya sebagai yang bukan manusia. Ia bahkan tak tahu harus memanggil dirinya apa. Haruskah memanggil dirinya sendiri iblis? Seperti yang dikatakan manusia-manusia yang berdosa padanya. Sampai pada pertemuannya dengan seorang anak manusia, yang awalnya hanya ingin ia jadikan penghibur di tengah hidupnya. Rupanya, bukan hiburan belaka yang ia dapat. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, meledak-meladak menuntut dikeluarkan. Mendebarkan namun menyenangkan, perasaan lama yang sudah ia lupakan. Terbit kembali bersama senyuman sang pemuda.