Setiap malam minggu ketiga, di kampung selalu ramai dengan kerlap-kerlip cahaya yang beterbangan. Ribuan cahaya yang berpendar dalam kelam, itupun hanya sekali dalam sebulan.
Lagi-lagi sahabatku, Turpatih pernah bercerita "Yang paling aku takuti ketika malam minggu ketiga, Ja! Kau bahkan pernah melihatnya sendiri, cahaya-cahaya itu bukan kunang-kunang. Aku berfirasat bahwa itu bukan kunang-kunang, Ja!"
Ah, entahlah. Ia rupanya tidak mendengarkan nasihat Nek Kanta kemarin malam, aku saja masih mengingatnya "Kalian harus percaya dengan adanya alam ghaib dan janganlah kalian percaya dengan adanya hantu, karena di bumi tidak ada hantu melainkan jelmaan dari jin. Dan sekali-kali janganlah kalian takut dengan jin, melainkan takutlah kepada kematian bila kita tak mempersiapkan amal ibadah"
Pembuat Cover: Imam Multi (Ketos 2016)
Banyaknya darah adalah bukti bahwa pertarungan, pernah terjadi disini. Tujuanku datang ke Indonesia adalah untuk memastikan hal itu. Namanya adalah Asano Takatou, Seorang peneliti yang berasal dari Jepang.
Kira-kira sepuluh tahun yang lalu, saat Asano masih kelas satu SMA, ada sebuah kejadian berdarah di sebuah stadiun sepak bola di Indonesia yang mengharuskan stadiun tersebut ditutup paksa oleh pihak yang berwenang.
Kejadian itu sempat menjadi ramai diperbincangkan di dunia sepak bola, bahkan mendapat dukungan moral dari berbagai klub internasional. Namun, yang namanya berdarah tentunya tidak indah. Banyak orang yang melewati stadiun ini dan merasakan berbagai macam kejanggalan.
Asano yang saat ini berumur 25 tahun dan sudah menjadi peneliti ternama di Jepang, tertarik untuk meneliti hal ini dan keinginannya itu disetujui oleh pemerintah Jepang. Asano pun segera terbang ke Indonesia untuk memastikan apakah stadiun tersebut banyak mengalami hal aneh seperti yang dirumorkan?