🐸 PART 1🐸
Hai!! aku Shazia aurelia seorang gadis dari keluarga kecil, Sejak kecil aku selalu di manja oleh orang tua ku, aku dilahirkan di kota Bandar Lampung, aku sudah memasuki umur 18 tahun dan aku anak yang panling bungsu dari kakakku yang sangat tampan. Uppz!! iya tampan :)
"Assalamualaikum semua,, selamat pagi Umi, selamat pagi Abi" sapa kakakku yang tampan,
Kini semua berada di ruang makan yang sedari tadi menunggu kakakku untuk sarapan bareng.
"Wa'allaikumusalam, selamat pagi juga buat anak umi dan abi yang ganteng" serempak menjawab.
"Ko Abi dan Umi saja sih kak yang di sapa? Aku nya gak?" Tanyaku kepada kakakku, sembari aku melipat kedua tanganku didada dengan wajah yang kesal.
"Hmm... iya deh. Selamat pagi adik kakak Debi yang cantik". ucap kakak ku, sembari tersenyum dan mencubit pipiku.
Debi?? iya itu nama kakakku.
"Ihhh.. kakakk. sakit tau. Pagi juga kakakku" jawabku sembari mengusap pipiku yang terasa sakit.
Kami semua sedang asik menyantap makanan masakan umi, selesai makan aku memulai topik pembicaraan. "Abi, umi zia boleh gak berangkat sekolah sendiri?" tanyaku kepada abi dan umi yang sedang duduk di hadapanku.
"Kenapa kamu ingin berangkat sekolah sendirian, kan ada kakak kamu. suruh kakak kamu mengantarkan kamu kesekolah" pinta umi padaku sembari melirik kearah kakakku yang sedang duduk di sampingku.
Aku langsung melirik ke arah kakakku "Emangnya kakak mau ngantar aku kesekolah?" tanyaku.
tak lama kakakku menjawab "Ya pasti lah adikku tersayang. Apasih yang gak boleh buat adikku ini" jawabnya sembari tersenyum dan mengedipkan matanya...
Rachmeida Sita dan Muhammad Hanif adalah pasangan yang sudah menikah selama 15 tahun. Mereka cocok dalam banyak hal, tetapi ternyata ada juga lubang dalam hubungan mereka.
Semua berkaitan dengan visi pernikahan mereka. Saat ada perasaan bahwa mereka gagal memenuhi visi itu. Anak-anak yang berbuat ulah dan kalah berprestasi dengan anak orang lain, suami yang menyerahkan urusan rumah tangga hanya pada istri, istri yang mulai lelah dengan segala perannya.
Lalu, ketika ada sebuah peristiwa memberi kesempatan kepada mereka untuk menengok kembali target-target dalam hidup mereka, apakah hubungan keduanya juga berubah?
Akankah Sita dan Hanif kembali mengingat awal pernikahan mereka dan janji untuk mencapai tujuan pernikahan bersama-sama?