Jika dalam diam saja aku bisa mencintai mu. Maka mengapa aku harus berteriak? Jika dalam malam saja aku bisa memandang mu dengan jelas maka mengapa aku merasa tak puas? Jika dalam hening aku bisa mengingat mu maka aku tak perlu suasana berisik. Jika saja kau paham hatiku, ahhh... sekarang kau jauh tuk dijangkau. Meski dalam diamku, aku menikmatinya. Setiap alur yang kau buat. Setiap kebingungan ku yang kau ciptakan. Dan setiap perlakuanmu yang kini menjadi hal untuk dikenang. Aku menikmatinya dalam hening, diam dan alunan musik. Akankah sang penikmat ini hanya selalu menikmati? Akankah sang penikmat ini ada dalam alurmu sebagai pemeran penting? Akankah sang penikmat menjadi peran pendukung saja? Begitulah dalam lamunan Santi di bawah senja.
10 parts