Bulan mengira dirinya memang ditakdirkan hidup di dunia sendirian.
Semuanya pergi darinya. Semuanya menjauh darinya.
Hanya ada satu yang selalu bersama dirinya, penyakit leukimia, penyakit yang sudah di deritanya sejak usia 6 tahun.
Setiap hari, setiap waktu Bulan selalu merasa tidak berguna ada di dunia dan selalu kesepian.
Ketika istirahat sekolah, bukannya jajan ke kantin bersama teman, main bersama teman, berbagi tawa dan canda bersama teman, malahan dirinya duduk sendirian dikursi taman belakang sekolah dengan telinga yang mendengarkan lantunan musik yang menenangkan sambil tangannya menulis disebuah buku diary.
Tapi ketika hadir siswa baru di sekolahnya, kehidupannya merasa berubah. Siswa itu selalu berusaha berada disisinya, selalu menemaninya dikala dirinya sendiri. Jika biasanya dia duduk sendiri di bangku taman belakang sekolah. Sekarang, saat hadir siswa baru itu, siswa baru itu selalu duduk disebelahnya sambil menatap terang-terangan dan mencabut salah satu headset yang dipakai Bulan untuk dipakai ketelinganya sendiri.
"Lo ngapain, sih? Gue mohon jauhin gue sekarang juga. Gausah ikutin gue lagi, gausah nemenin gue disaat gue lagi sendirian. Gue udah biasa sendiri. Lo deketin gue karena merasa kasian, karena gue berpenyakitan kan?" Ujar Bulan diiringi isakan tangis, idungnya sudah memerah dan air matanya terus mengalir. Ia tidak ingin di kasihani.
"Gue akan selalu ada disisi lo, bukan seperti Bintang dilangit yang hanya ada disisi Bulan saat malam hari. Tapi sebagai Bintang dibumi yang ada disisi Bulan setiap saat" jelas Bintang, matanya menatap lurus mata Bulan yang terus menerus mengeluarkan air mata. Dan dalam hitungan detik ia sudah membawa Bulan kedalam dekapannya, mengelus rambut Bulan dengan lembut. Demi tuhan Bintang mencintai gadis yang sedang di dekapnya.
Dan membisikkan, "so, no more telling me to stay away from you. believe me, I will always be for you "