Saya, Awak dan Malaysia Kala Itu
10 parts Complete Entah aku yang egois atau aku yang kurang bersyukur.
Mereka mengecap diri ku sebagai entrepreneur. Aku berprinsip untuk mengubah pola hidup ku menjadi lebih mandiri setelah peristiwa itu, gugurnya sang Laksamana. Aku sadar bahwa aku tak bisa terus bergantung dan menggantungkan hidup, harapan serta bahagia ku pada orang lain. Kalau bukan pada aku sendiri, lantas siapa lagi?
Aku kurang beruntung dalam beberapa hal. Hubungan pertemanan ku kurang baik, sebagian teman ku menghargai keputusan ku untuk istirahat, tapi sebagian teman ku menganggap aku lebay karena aku takut melangkah menuju jalan yang baru sebab, aku rela menolak kehadiran banyak orang di masa ini demi mempertahankan seseorang dari masa kemarin.
Hubungan keluarga ku kurang baik, ada beberapa orang yang menjadi alasan ku untuk pulang kerumah, tapi satu orang membakar alasan ku. Ayah yang selalu mengusahakan banyak hal agar aku selalu bahagia dan aman, Mama yang selalu menjadi penguat saat aku rapuh, Gevanno yang selalu menjadi sayap untuk membawa ku terbang tinggi kapanpun saat aku perlu. Namun, Eyang selalu menjadi tembok tinggi yang menjadi pemisah antara aku dan mereka.
Hubungan percintaan ku kurang baik, aku mencintai seseorang yang juga mencintai ku. Tapi, seseorang yang aku cintai memilih melangkah menuju jenjang yang lebih jauh bersama pilihan Ibunya, tidak buruk, ia hanya seorang anak yang patuh dengan perintah ibunya, tapi aku bagaimana?
Kalimat yang dapat aku ungkapkan atas kisah ini adalah, terimakasih telah memberiku banyak pengalaman hidup. Salah satunya, jika kamu memang tidak ditakdirkan untukku, maka aku harus melepaskan mu.
-tunggu aku, Mir. Aku akan kenang segala baik mu melalui tulisan ku.
-aku tulis ini menggunakan rasa dan cinta, dari aku, agar mereka mengenal indahnya kamu.