"Gue nggak perlu merasakan indahnya jatuh cinta, untuk mengerti pedihnya sakit hati." Nabhila Joecellin Kashila. "Bukan gue yang butuh Lo. Juga bukan Lo yang butuh gue. Tapi kita saling membutuhkan. Layaknya siang dan malam, matahari dan bulan, tangan dan kaki." Arka Marchelleo. *** Saat semua berlarian, dia hanya duduk dengan novel di tangannya. Saat semua antusias berbicara, dia hanya diam dengan alunan musik dari earphone miliknya. Saat semua berlomba-lomba untuk berkawan, dia akan menjauh untuk menyendiri. Bhila. Dia adalah Nabhila Joecellin Kashila. Cewek anti sosial karena menganggap mereka akan mempermainkan hidupnya. Sampai deretan kata tidak sopan menghampirinya. "Kita PACARAN!! Nggak ada penolakan dan nggak nerima pendapat dari Lo!" Deretan kata yang terkesan sangat panjang bagi Bhila. Juga yang memporak-porandakan kenyamanannya. Ya! Deretan kata itu terlahir dari mulut Arka Marchelleo, cowok dengan otak sebesar lubang jarum yang sukses membuat hari-hari Bhila tanpa masalah. Hingga seseorang datang layaknya malaikat tanpa sayap yang selalu menolongnya. Mengulurkan tangannya saat Bhila terjatuh. Mungkinkah Bhila akan menerima Arka sebagai pacarnya? Dan, apa mungkin masalah itu akan semakin hilang? Lalu Bhila lebih memilih malaikat tanpa sayap itu? Hmm...pantengin cerita ini!! Eittss!! Baca juga ya!!(heheheheh#plakk) Happy reading 😋 #Untuk Semua Umur.