"Apa maksudmu hah?! Bicara yang benar, aku tidak mengerti bahasa preman!" pekikku. "JANGAN LIHAT YANG LAIN SAAT KAU BERSAMAKU, SAAT AKU BERSAMAMU JANGAN BERANI-BERANI MENGGUNAKAN MATAMU UNTUK MELIHAT YANG LAIN SELAIN AKU. JIKA AKU MELIHATMU SEPERTI KEMARIN LAGI, BERSIAP- SIAP UNTUK MENGUCAPKAN SELAMAT TINGGAL PADA AYAH DAN IBUMU!" Aku tahu itu tandanya 'mati.' Berbelit-belit sekali! "Sebenarnya itu kalimat yang manis, tapi kenapa harus berteriak eoh?" "Aku tidak berusaha mengucapkan kalimat manisuntukmu, tutup mulutmu dan lakukan!" "Baiklah, aku mengerti sayang." Godaku, aku ingin dia terlihat merah padam didepan teman- temannya. "Sayang? Apa aku mengenal orang itu? Lakukan saja apa yang aku katakan!" "Sayang kau sangat bodoh!" "Namaku Sehun, Oh Sehun bukan sayang!" "Terserah kau saja." Ujarku pasrah, tapi aku senang bisa mempermainkannya. "Sudah! Aku sibuk! Yang lain menungguku." Ujarnya. "Tunggu." cegahku, entahlah tapi mulutku begitu saja berkata begitu. "Apa lagi?" "Kau mau kemana?" "Kami akan menghajar SMA Shindongshin." "Oh, terserah." Ujarku.