Di bawah langit senja yang mulai meredup, Alana berdiri di tepi balkon kampus, memandangi bayangan kota yang perlahan terselimuti kabut senja. Empat tahun telah berlalu sejak dia pertama kali bertemu dengan Zefran, temannya di kampus yang diam-diam telah mengisi ruang hatinya. Bersama mereka berbagi tawa, obrolan ringan, hingga malam-malam yang dihabiskan untuk mengerjakan tugas. Bagi Zefran, hubungan mereka mungkin hanya pertemanan biasa. Namun, bagi Alana, perasaan itu telah tumbuh menjadi cinta yang rumit, cinta yang sulit diungkapkan. Hari ini, Alana memberanikan diri untuk menyampaikan perasaannya. Dengan degup jantung yang tak beraturan, dia mengungkapkan rahasia hatinya, menyingkap segala harap yang selama ini terpendam. Namun, dalam sekejap, harapannya menguap laksana fatamorgana. Jawaban Zefran membuat Alana tersadar bahwa cintanya tak berbalas, hanya bertepuk sebelah tangan.