Tarra

"Pergi! Mata gue kotor kalo ngeliat lu."

"Kenapa sih, Tar? Semua yang lo omongin selalu pedes di telinga orang?"

"Karena begitu lah orang menilai gue, Rain!"

Perempuan itu terdiam, seakan mulutnya membisu. Tangannya tak lagi menahan laju laki-laki yang akhirnya meninggalkan dirinya di koridor sekolah. Ia meneguk ludahnya sendiri, tak menyangka kalau laki-laki itu akan berkata demikian. Ia ingin mendengar keluh kesah laki-laki itu, tapi seakan ada dinding yang dibangun oleh dirinya dengan begitu kokoh. Ia berupaya membentengi diri.

Rain tersenyum pahit.

Ia siap menghancurkan benteng itu dengan palu yang selama ini ia tempa. Khusus untuk tujuannya itu. Dan sekarang tinggal menunggu untuk kehancuran dinding itu.