Teruntuk kamu,
Sampai detik ini aku masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi diantara kita. Kita bertemu seolah takdir mengizinkan kita bersama. Namun kenyataanya? Kita termakan oleh sebuah masa silam yang benar-benar menjadikan kita seperti orang asing.
Aku benci mengakui ini. Tapi semuanya memang berbeda. Dan sekarang aku pun mengarahkan mataku ke layar dan menulis sepenggal kisah. Memang mataku mengarah ke layar, namun aku kembali menangis mengingat kisah-kisah kita yang sebenarnya tidaklah rumit. Tidak rumit? Haha, mungkin aku yang terlalu mengaggap ini mudah dijalani. Namun realitanya kita sama-sama hancur.
Apa kabarmu? Apa luka mu sudah sembuh?. Aku rasa kamu sekarang berbahagia dengan wanita yang baik. Ku harap luka yang sama-sama kita ciptakan tak membuat kita payah dalam hidup. Ah hidup, sungguh banyak hal yang mengejutkan dalam hidup bukan?. Pertemuan, senyuman, rindu, kehilangan, bahagia, air mata, tawa, sendu, luka. Ah, semuanya.
Kamu masih ingat kan? Bagaimana tidak mengertinya aku dengan keadaan kamu. Dan sekarang aku baru mengakui bahwa aku benar-benar wanita yang tidak peka seperti yang selalu kamu ucapkan kepadaku. Maafkan aku.
Jujur saja, aku menulis sepenggal kisah ini bukan karena ingin menghasilkan karya yang banyak dikagumi orang-orang. Bukan juga ingin menjadi penulis terkenal yang akan menjadi inspirasi banyak orang. Hanya saja, aku ingin memberitahu kamu bahwa masih ada banyak hal yang tidak kamu ketahui karena aku tidak mempunyai cukup keberanian untuk menjelaskannya. Dan aku pikir, ini adalah satu-satunya cara mengungkapkannya.
Tertanda wanita yang tidak peka,
Nazara Ryadina Azmi
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan