"tidak, aku tidak... " ucapanku terputus karna ia menarik pergelangan tanganku dengan keras sehingga aku berbalik ke arahnya dan menabrak dada bidangnya.
Ia menatapku dengan pandangan yang tak terbaca, ada amarah, kecewa dan juga cinta...?
Ini tidak benar, pasti aku salah menilai tatapannya.
"aku tak percaya ini, beraninya kau mencurangiku Tsuraiyya" ia menyeringai keji.
Aku tak menyangka semuanya akan jadi begini, sungguh kalau aku diberi pilihan maka aku lebih memilih untuk tidak pernah mengenalnya dan terjerumus sejauh ini.
"baiklah sayang, akan ku perlihatkan padamu seperti apa rasanya dihianati dan ditipu..." ia menarik nafasnya dalam, dan menatapku nyalang.
"seperti apa rasanya hidupmu dihancurkan hingga berkeping keping sampai kau akan lebih memilih untuk mati dari pada hidup" tatapannya begitu kejam dan terus saja menyeringai keji.
"ini sa...salah faham, dengarkan aku dulu"cicitku tak berani menatapnya. Mataku sudah berkaca kaca.
tidak... Aku tidak boleh menangis.
Aku sungguh merasa sakit sekarang, rasanya ada tangan tak kasat mata yang tengah meremas jantungku. Aku tau sulit baginya untuk percaya, lagi pula ini memang mauku bukan? Lantas untuk apa aku menyesali rencanaku dan berusaha meyakinkannya kalau sebenarnya ini tidak benar, dia salah faham.
"semua.sudah.terlalu.jelas" ia menekankan suaranya disetiap kata yang ia ucapkan.
"jadi tutup mulutmu, penghianat... "
Ia semakin mengencangkan genggamannya dipergelangan tanganku, membuatku meringis kesakitan.
"mas Azham, kau menyakitiku" air mataku lolos begitu saja, padahal sudah sekuat tenaga kucoba untuk menahannya.
Mas Azham membuang pandangannya dariku.
"kau kira aku peduli heh? Bahkan aku ingin sekali membunuhmu! " ini keterlaluan, kenapa dia harus semarah ini. Bukankah, bukankah...
Edgar merasa beruntung memiliki Flora sebagai kekasihnya. Tak peduli jika Flora adalah gadis nerd disekolahnya.
Hanya orang bodoh yang tak menyadari betapa sempurnanya seorang Flora Ayumi Maharani.