Sepucuk surat undangan tergeletak begitu saja. Namamu tertulis disitu disertai bayangan senyum lebar yang seolah mengolok-olok. Lembarnya hanya bisa dilipat dua. Namun, kacaunya pikiranku seolah dilipat-lipat hingga sulit untuk dilipat lagi. "Hei, aku sudah mendapatkan yang terbaik." Sepertinya itu yang ingin kau ucapkan padaku. Entah kau menyeringai di pagi, siang, sore atau malam hari. Aku mendapatkannya tepat di sore terbaik yang semudah itu kau sulap menjadi rusak.