Sampaikan pada ayahmu. Jika ada laki-laki yang akan meminangmu, itu aku. Aku bukan laki-laki sempurna, tentu saja. Tapi aku punya segudang kesabaran untuk menghadapi suasana hati putrinya yang kadang naik, kadang juga turun.
Sampaikan kepada beliau, aku tak akan mencurimu dari sisinya. Aku hanya ingin mengambil alih tugasnya. Meneruskan amanah yang dianugerahkan oleh Allah untuk menjagamu. Membimbingmu menjadi wanita yang lebih baik, dari hari ke hari.
Mungkin, nanti, caraku membahagiakanmu akan berbeda dengan cara ayahmu membahagiakanmu. Jika ayahmu dulu membelikan sebuah boneka di hari ulang tahunmu, aku akan membuat sebait puisi untukmu. Atau, aku akan menulis sebuah novel yang isinya kau dan aku; cerita-cerita kita.
Apa? Kau tak suka puisi? Baiklah kalau begitu. Aku akan membahagiakanmu dengan doa-doa, agar keluarga kita selalu dilimpahi keberkahan oleh-Nya.
Sampaikan pada ayahmu. Bahwa tak mudah untuk meraih hatimu. Kau berbeda dengan kebanyakan perempuan. Tak gampang takluk oleh segenggam puisi. Juga, tak mudah merayumu dengan kata-kata manis dan bersayap. Maka, aku tidak merayumu, tapi merayu Tuhan-mu, agar kita dipasangkan sebagai sepasang kekasih untuk selama-lamanya.
Terakhir, sampaikan pada ayahmu. Restunya sangat berarti bagiku, juga kau. Aku akan membangun keluarga kecilku denganmu. Maka, aku akan menemuinya.
Secepatnya.
Semoga tak ada laki-laki lain yang mendahuluiku. Aamiin.
Berawal dari surat ini, akankah kisah mereka akan sampai pada jenjang menikah?