Cinta lahir karena biasa, biasa bertemu, biasa memperhatikan, biasa mendengarkan, biasa berkomunikasi, biasa bekerja sama dan masih banyak kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan lainnya. Begitu pun dengan Alya, kebersamaannya dengan Raga tanpa sadar mampu menumbuhkan sebuah rasa yang tak halal meski ia berusaha untuk menepiskannya. Tanpa terasa rasa tumbuh karena sering dipasangkan dengan Raga dalam melakukan tugas kunjungan ke luar negeri. Bagaimana tidak, lamanya perjalanan yang ia lakukan sebagai diplomat seolah menciptakan keadaan yang menumbuhkan rasa itu. Sekuat tenaga Alya mencoba untuk bersikap biasa. Lain halnya dengan raga, yang berprinsip bahwa cinta itu tumbuh saat pertama kali bertemu. Menurutnya chemistry akan muncul dari kesan pertama. Alasan itu pula yang mendasari dirinya untuk menjalin hubungan serius dengan wanita yang menumbuhkan chemistry pada pertemuan pertamanya. Alya hanya bisa meremas ujung jilbabnya saat Raga memnta do'a darinya. Alya menguatkan dirinya dengan tersenyum dihadapan Raga, padahal hatinya seperti teriris. Pernyataan Raga tadi membuat Alya termangu. Ia menghela nafas panjang. Sebelum Raga meminta do'anya, Alya telah menerima telepon dari orang tuanya untuk ta'aruf dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Alya benar-benar gamang, entah apa yang akan ia putuskan. Menerima tawaran orang tuanya dan melupakan Raga atau mengakui perasaannya pada Raga tapi beresiko hubungan kerjanya jadi tidak kondusif. Apa yang akan Alya putuskan? Nantikan dalam novel perdana yang berjudul "CAHAYA DI HATI ALYA"All Rights Reserved
1 part