Selalu ada pertemuan yang tidak terduga. Dan disitu ketidaksengajaan justru menjadi terasa melenakan, mengena, lagi membahagiakan. Ada asa. Bermula dari situ. Dari sekilas bertatap pandang, saling hormat dengan bermurah senyum. Mengobrol, lalu terciptalah upaya-upaya untuk membangun situasi pertemanan yang nyaman. Naluri, welas-kasih sayang, normal-memandang hubungan yang nyaman adalah bagian dari awal untuk mendekat dan dekat. Penilaian dasar. Alam berfikir manusia. Fisikly. Tak bisa dipungkiri. Pertama, kedekatan itu di dorong oleh hasrat dan ungkapan yang tak akan menipu. Sebuah kata. "Sungguh. Dia mungkin yang kunanti." Jelita. Berparas. Dan penuh dengan ilmu dan nuansa kelembutannya, yang menentramkan serta menaklukan cakrawala. [ 2 ] Karena tidaklah sederhana. Walaupun waktu terus menggiring pada rutinitas untuk bisa lebih dekat. Utamanya tentang rekatan rasa saling untuk mewujudkan hubungan yang menggelayutkan manja. Lambat tak disengaja, justru itu menjadi nyata. Tapi. Kagum itu justru-menumbuhkan sekat, rasa takut. Sanjungan justru menimbulkan rasa was-kesalah pahaman. Nyali ciut untuk mengikat. Terasa menjadi kalah dengan ayang-ayang yang sedemikian. Yang sementara orang berkata "keputusan". Tak siap ada "penolakan" atas ekspresi ketulusan dalam dorongan kesucian yang murni. [ 3 ] Percayalah yang dekat dibutuhkan, yang setia diharapkan. Dekat dan kesetiaan ialah cincin pengayoman yang haruslah mendarah-mendaging-menjadi warna di taman bunga yang indah itu. Dimanakah ?All Rights Reserved
1 part