Siapa sangka rumah tangga yang menjadi surga kecil di dunia harus hancur berantakan. Seolah-olah mereka sudah melupakan janji sucinya di depan banyak orang dan Tuhan dulu. Lupa untuk selalu mengasihi, mencintai, bersama-sama dalam suka maupun duka, sehat maupun sakit, kaya maupun miskin. Lupa akan malikat-malaikat kecil yang juga ada di dalam rumah tangga mereka. Tidak ada yang menyangka bila rumah tangga keluarga Kurniawan akan hancur berantakan. HARTA. TAHTA. WANITA. Tiga hal yang membuat pria jatuh. Dio tidak perlu harta. Dio dan istrinya terlahir dari keluarga kaya raya yang hartanya tidak akan pernah habis sampai generasi ketujuh, begitulah kata orang-orang. Begitu pula dengan tahta. Posisi tertinggi di perusahaan ternama di ibukota adalah miliknya. Orang-orang begitu mengagumi keluarga Kurniawan. Tapi sayang, wanita. Makhluk hidup satu ini, adalah sumber bencana dalam keluarga ini. Dari hanya mencoba bermain-main saja hingga akhirnya Dio melukakan hati Diana, istrinya. Bukan hanya Diana saja. Tapi juga Dira, anak perumpuannya yang selalu mengidolakan sang ayah. Melihat langsung ayah, tercinta sedang bermesraan di muka umum bersama sang kekasih gelap nya. Diana berusaha untuk mempertahankan rumah tangganya begitupun dengan anak-anak mereka. Semakin keras Diana berjuang, semakin keras juga Dio menjauh. Hingga akhirnya mereka menyerah. Menyerah untuk berjuang. Menyerah kepada yang Maha Kuasa untuk keluarga mereka. Apa yang sudah di persatukan oleh Tuhan tidak dapat dipisahkan kecuali kematian dan mungkin sekarang harus di tambahkan dengan PELAKOR. Karena PELAKOR membawa kepada kematian.