Mata nya lurus menatap cowok berlesung pipi dihadapannya. Ia menunggu kalimat apa yang akan diucapkan cowok itu--Genta. "putusin gue." Galila membulatkan matanya. Ia merasa salah dengar. "Kamu bilang apa? bisa tolong diulang," ujarnya "La, putusin gue. gue tahu ini berat," Genta mengusap wajahnya, ia terlihat sangat bingung. bingung harus berbicara darimana supaya tidak menyakiti hati cewek dihadapannya. "tapi, ini yang terbaik." lanjut nya. Galila menggeleng pelan. Ia tidak percaya, semudah itu Genta mengakhiri hubungan yang sudah mereka jalani kurang lebih satu setengah tahun. "bisa kasih tahu aku alasannya?," ujar Galila, suaranya bergetar. sekuat mungkin ia menahan air matanya. "satu setengah tahun yang kita lalui, apa nggak bisa bikin kamu buat pikir ulang semuanya?," tangisan cewek itu pecah. air matanya mengalir melewati pipinya. berat bagi Genta untuk menyudahi hubungan mereka. tapi kalau cewek itu terus bersama dengannya, bisa-bisa ia di drop out dari sekolah. Genta merasa ini keputusan terbaik. ia mengusap pelan puncak kepala Galila. merasa bodoh karena menyakiti cewek semanis Galila. "gue harap kedepannya lo bisa lebih bahagia," cowok itu memasukan tangannya ke saku celana abu-abu yang dipakainya. "gimana bisa gue bahagia, kalo titik bahagia gue adalah elo?" Galila menundukkan kepalanya. menyembunyikan tangisan nya yang semakin kencang. cowok itu bahkan tidak lagi menggunakan aku-kamu lagi, ia mengatakan gue-lo saat berbicara dengannya. "putusin gue. dan semuanya selesai," Genta membuang pandangannya kearah lain. mencoba tidak melihat wajah cewek itu, karena kalau melihatnya pasti akan timbul perasaan nya untuk tidak meneruskan permintaan putus nya. "bahkan buat bilang putus aja lo nggak sanggup. kenapa harus gue yang mutusin lo kalo emang lo mau kita udahan?," Galila menatap wajah cowok yang selalu tersenyum kearahnya itu. lesung pipi cowok itu akan selalu terlihat untuknya. iya kan? siapapun coba tolong yakinkan dirinya. #True Story