Kalau saja siang itu aku tidak mengindahkan perintah Ibu untuk membersihkan gudang bawah tanah, aku takkan menemukan peti kayu bercat biru tua yang tersembunyi di bawah lemari. Catnya mulai pudar karena usia dan serangga, gemboknya sudah berkarat. Tapi tanpa membuka isinya pun aku tahu bahwa peti kayu itu menyimpan kenangan dan kata-kataku; tentang cinta, melepaskan, kehilangan, hingga sisi kemanusiaan yang membuat tanganku gatal ingin berteriak tanpa suara. Aku sengaja menyimpannya di sini lalu lupa--sejak sepuluh tahun lamanya. Kini benda ini kembali. Aku membukanya, mengenangnya, kemudian merenungkan kata-kata yang kutulis dari diriku, sepuluh tahun yang lalu.