⚠️⚠️warning⚠️⚠️
ini beneran fiksi ya. jangan ditiru.
Saranghae. I know this is wrong. But I never regret to choose you as the person who I love".
Kata-kata itu tak pernah sekejap pun hilang dari benakku. Ya, aku yakin cinta tak pernah salah. Walaupun nyatanya, kami menutupi semua kesalahan yang kami lakukan atas nama cinta. Hatiku mengerang, merasakan sakit akibat dari dosa yang kulakukan bersamanya. Aku memang egois. Harusnya, aku tahu jika sebesar apapun cinta yang kami miliki, hubungan kami tak akan berhasil. Dia akan menemukan seseorang yang menjadi pendamping hidupnya, begitupun diriku.
Yang kutahu kini, tak ada batasan bagi wanita mencintai laki-laki yang bahkan terlahir dari rahim yang sama. Aku ingat, betapa semua orang mengejekku karena disaat umurku masih sembilan tahun dengan bangganya aku memperkenalkannya sebagai kekasihku. Tapi aku tak pernah memperdulikan apa yang mereka katakan, karena dia selalu menanggapinya dengan senyuman manis dan sebuah sentuhan lembut di kepalaku, yang menyebabkan warna kulit pipiku berubah merona.
I do have a crush for my brother.
Mungkin itu sudah biasa. Mengingat banyak sekali adik perempuan yang mengaku bahwa dirinya menyukai kakak laki-lakinya. Terang saja itu banyak terjadi. Sosok lelaki yang selalu melindungi adiknya bak seorang pahlawan, memanjakannya layaknya tuan putri, serta menjadikannya sebuah prioritas utama di hidupnya.
Itulah yang terjadi padaku.
Kukira, perasaan itu akan tumbuh hanya dalam waktu sesaat. Toh, setelah dewasa aku pasti akan menemukan seorang pangeran yang bersedia untuk menggantikan sosoknya.
Namun dugaanku salah. Rasa cintaku untuknya bahkan terlalu besar untuk ukuran seorang saudara, dia pun begitu. Awalnya, dirinya memang tak mengakui perasaan cintanya itu. Tapi, lambat laun lelaki yang bermarga sama denganku itu tak dapat lagi memungkirinya.
Kami terjebak dalam pusaran hitam itu, hingga akhirnya sudah terlambat untuk menarik diri.
Menikah dengan ayahnya sendiri?
Jika ada keluarga yang paling gila, itu adalah keluarga Anathama, keluarga dengan peraturan dan tradisi tak masuk akal, harus menikah dengan yang sedarah, yang sayangnya dianggap normal bagi Anathama.
Cinta bukan pilihan, tapi takdir yang harus diterima. Dalam tradisi kelam ini, seorang cucu harus memilih antara melawan takdir atau terjerat dalam permainan keluarga yang mematikan.
Selayaknya permainan dadu, setiap putaran yang acak seakan memiliki pilihan yang sama, yang tanpa sadar merenggut kebebasan Samantha, yang dipaksa menikah dengan ayah kandungnya.
Anathama tak pernah sudi jika darahnya ditoreh darah dari keluarga lain, sekalipun keluarga itu bangsawan kelas atas.
Apakah Anathama bisa dihancurkan?
Apakah tradisi gila yang turun temurun itu bisa dilengserkan?