Seoul, Korea Selatan, Negeri yang selalu bercahaya. Malam ataupun siang adalah hal sama. Sebuah negeri yang tidak pernah menampakkan kelelahan, selalu bersinar, namun tanpa diketahui banyak orang, Negeri itu menyimpan kegelapan didalamnya, kegelapan yang dipercaya hanya mitos belaka. Tidak ada tapi sesungguhnya ada, kegelapan itu bersemayam disetiap sudut kota. Hanya mereka dari bayang-bayang yang mengetahui hal itu, dan tidak kau sadari mereka ada disekelilingmu. Tapi, itu tidak berlaku pada gadis itu. Kegelapan kota Seoul justru adalah hal menarik baginya dan kehadiran lelaki itu membuatnya semakin tertarik. Lelaki misterius yang bersembunyi dibalik topeng ramahnya. Gadis itu terus mencari walau lelaki itu melarangnya, hingga waktu menyeret keduanya bersama, melawan bahaya yang terus mengejar mereka.Bayang-bayang tidak akan diam, mereka melawan sekarang. Apakah Gadis dan Lelaki itu akan selamat dari bayang-bayang? Kalian yang saksinya!! Dan sebelumnya Ingatlah ini jika kau ingin berpetualang bersama Gadis dan Lelaki itu, jangan pernah kau lupakan ketiga hal ini :
1. Jangan kau percaya dengan kata-kata mereka, karena hal menakjubkan dan mengerikan
tumbuh dalam cahaya negeri itu.
2. Jangan pernah kau berada sendirian dilorong gelap atau kalian akan hilang tanpa membekas,
3. Jangan pernah kau mencoba mencari tahu lebih dalam karena kegelapan akan menarik dirimu
, melebur jiwamu. Ingatlah ketiga hal itu dan selamat datang dalam kegelapan Kota Seoul.
Selamat Berpetualang!!!
Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput.
"Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah.
"Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin.
'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.