Story cover for RELOKA by Alfina86
RELOKA
  • WpView
    Reads 295
  • WpVote
    Votes 54
  • WpPart
    Parts 6
  • WpView
    Reads 295
  • WpVote
    Votes 54
  • WpPart
    Parts 6
Ongoing, First published Feb 22, 2018
Pitaloka mendengus sebal, sedari tadi Reka terus memandangi dirinya. Reka tak henti-hentinya tersenyum melihat wajahnya. Membuat Pitaloka jadi salah tingkah, meskipun dirinya fokus pada ponsel tapi tetap saja dia tidak ingin diperhatikan seperti itu. 

"Apa?" sentakan Pitaloka berhasil membuat Reka berhenti menatapnya.

Reka kembali menatapnya. Dia tersenyum. "Kurangin liat layar ponsel. Banyakin liat muka aku!"
All Rights Reserved
Sign up to add RELOKA to your library and receive updates
or
#5reka
Content Guidelines
You may also like
AL AL GANG [Complicated] by rtnkrtsr
34 parts Complete
Terdapat dua anak kecil yang gembira sedang bermain ditaman dan bercanda ria. Yang cewek namanya Lexa dan yang cowok namanya Al. "Xa, jangan nangis dong? Nanti aku beliin es klim lagi deh." Kata si cowok agak pelo. "Benelan, tapi yang banyak ya." Kata si cewek berhenti menangis sambil usap ingus nya. "Kita kesana yuk." Ajak si Al ke dua ayunan di taman tersebut. "Ayok." Kata Lexa semangat. Sambil main ayunan mereka berdua bercanda ria. Tapi Lexa takut bilang ini ke Al karena Lexa udah nyaman sama Al walaupun baru beberapa hari kenalnya. "Al." Panggil Lexa agak takut. "Ada apa, Xa?." Jawab si Al sambil ayunin ayunannya si Lexa. "Aku mau bilang sesuatu tapi Al gak boleh malah ya?." Sambil nunjukin kelingkingnya ke Al dan dibalas oleh Al. "Iya aku gak bakal malah kok." Kata La meyakinkan Lexa. "Lexa, besok disuluh papa sama mama pindah ke Belanda dan tinggal disana." Sambil nangis sesegukan karena dia gak bakal ketemu sama sahabatnya lagi. "Kenapa besok? Gak bisa ditunda aja." Dia bertanya sambil peluk Lexa tulus. "Katanya gak bisa, maafin Lexa ya Al. Lexa harus pergi jaga ini baik baik. Kalo Al kangen Lexa pandang aja buku ini." Sambil menyodorkan sebuah notebook yang berisi foto mereka berdua sedang bercanda dan menangis bersama. "Maafin Al ya, udah buat kamu nangis kayak gini. Kalo udah besal nanti kita pasti ketemu kok." Kata Al agak cadel. "Maafin Lexa ya, pasti nanti Lexa kangen banget sama Al." Masih menangis di pelukan Al. Yang bisa mereka lakukan adalah menerima kenyataan bahwa mereka harus berpisah. Dan hari ini mereka hanya menghabiskannya untuk melepas rindu sebelum Lexa pergi ke Belanda.
You may also like
Slide 1 of 10
Diary Ayra: Cerita Cinta SMA cover
RAVASYA [END] cover
Adinda cover
REGRET  cover
AL AL GANG [Complicated] cover
Rynathan [✔] cover
Arsyilazka cover
Fake Nerd cover
Aderaga [ON GOING] cover
Kakak Tingkat ✔ [COMPLETED] cover

Diary Ayra: Cerita Cinta SMA

54 parts Complete

Memang benar, masa SMA itu masa yang paling indah. Masa dimana kita mulai mengenal apa arti cinta sesungguhnya. Ayra selalu menanamkan pada pikirannya, bahwa ia tidak boleh terlalu berharap bahwa percintaannya di masa SMA akan sangat bahagia. Layaknya seperti cerita di film roman picisan dan dari cerita novel-novel koleksi miliknya yang selalu ia baca. Namun apalah daya jika ia bertemu dengan seorang cowok yang sangat mencapai standar pasangan idealnya. Pupus sudah semua yang sudah ia tanamkan pada dirinya selama ini. Dia, Heksa Albara Davendra. Satu-satunya cowok yang berhasil menerbos pintu masuk hatinya tanpa sengaja. "Ay, lo jangan gila deh. Ga baik suka sama pacar orang anjir!" sentak Nesa pada sahabat gilanya itu. Ayra memutar bola mata malas. Kalimat ini, mungkin sudah 1000 kali ia dengar dari Nesa. "Gue engga bisa! Siapa suruh hati ini letoy dan mudah baper gitu aja!" "Dia apain lo emangnya?" "Kemarin dia gangguin gue," balas Ayra senyum-senyum sendiri mengingat kejadian tempo hari. Nesa melotot tak percaya. "Cuma karna itu?" "Iya." "Gila!" Ayra terlalu larut dalam bahagianya. Sampai ia melupakan satu fakta, bahwa Heksa sudah mempunyai seseorang yang sudah menetap dalam hatinya. Nadya Wahyuni. Heksa mencintai Nadya. Bukan Ayra. Heksa seperti itu, hanya karna menghargai Ayra sebagai seorang sahabat & teman kecilnya. Tidak lebih. Garis bawahi itu.