Story cover for Gitar, Kopi dan Sepi by rozaliyaleks
Gitar, Kopi dan Sepi
  • WpView
    Reads 202
  • WpVote
    Votes 3
  • WpPart
    Parts 15
  • WpView
    Reads 202
  • WpVote
    Votes 3
  • WpPart
    Parts 15
Ongoing, First published Mar 04, 2018
Gitar adalah salah satu alat musik yang paling Dani sukai. 
Pada Tahun 2015 Semenjak berhenti minum-minuman keras kini kopi adalah minuman bercafein yang menemani saat Dani bermain gitar. 
Dan sepi adalah cara Dani untuk menghapus luka cinta, masa lalu dan hura-hura yang penuh hitam. 
Dani tidak berharap lebih baik dari kamu atau orang lain. 
Dani hanya berharap lebih baik dari dirinya yang dulu.
All Rights Reserved
Sign up to add Gitar, Kopi dan Sepi to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
PAS NGOPI by Amali612
7 parts Ongoing
PAS NGOPI Di sudut kampung yang sunyi, di bawah rindangnya pohon jati tua, berdiri sebuah warung kopi sederhana. Atapnya dari anyaman daun kelapa, dindingnya bilah-bilah bambu yang sudah menguning dimakan usia. Di dalamnya, meja-meja kayu kasar dan bangku panjang yang sudah licin karena sering dipakai. Warung itu bukan sekadar tempat minum kopi, melainkan ruang berkumpulnya para petani, tukang becak, dan nelayan setelah seharian bekerja. Mereka duduk melingkar, menyeruput kopi hitam pekat dari cangkir-cangkir tanah liat, sambil berbagi cerita tentang hidup, tentang tanah, tentang laut. Kopi yang disajikan bukanlah kopi impor yang mahal, melainkan kopi tubruk asli, digiling manual, diseduh dengan air mendidih dalam teko besar. Aromanya menusuk hidung, rasanya pahit tapi membangkitkan semangat. Di warung itu, kopi bukan sekadar minuman, melainkan simbol kebersamaan, kejujuran, dan kesederhanaan. Di sana, filsafat hidup mengalir begitu saja, dari mulut ke mulut, dari hati ke hati. Namun, zaman bergulir. Warung-warung kopi tradisional perlahan mulai berubah. Di kota-kota besar, muncul kedai-kedai kopi modern dengan interior tempat berkumpul para petani atau nelayan. Ia menjadi ruang bagi anak-anak muda dengan laptop dan gadget canggih, sibuk dengan dunia maya. Percakapan tentang hidup dan alam berganti dengan obrolan tentang bisnis, politik, atau sekadar gosip selebriti. Kopi, yang dulu menjadi simbol kesederhanaan, kini menjelma menjadi gaya hidup. Harganya pun melambung, seolah menjadi penanda status sosial..
𝙃𝙔𝙋𝙊𝙋𝙃𝙍𝙀𝙉𝙄𝘼 🥀 (HIATUSS)  by arutalagentala
20 parts Ongoing
"𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘬𝘪𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘯𝘦𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘦𝘳 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯𝘬𝘶 𝘢𝘥𝘢,"~𝘤𝘩𝘦𝘭𝘭𝘴𝘢 𝘢𝘭𝘻𝘪𝘢𝘯𝘳𝘢 🥀 tidak semua luka meninggalkan bekas. tidak semua tangisan terdengar. dan tidak semua orang yang tersenyum benar-benar bahagia. chelsea alzianra tahu bagaimana caranya berpura-pura. bagaimana menata senyum yang meyakinkan, bagaimana menampilkan tawa yang tidak terasa hampa. tidak ada yang pernah bertanya apakah ia baik-baik saja-karena mereka semua sudah mengira jawabannya. tapi siapa yang peduli? siapa yang benar-benar ingin tahu? sepi bukan hanya ketika sendirian. sepi adalah ketika kamu dikelilingi banyak orang, tapi tetap merasa tak terlihat. ketika kamu bicara, tapi suara kamu tenggelam di antara kebisingan dunia. ketika kamu berharap seseorang akan melihat kamu lebih dalam, tapi yang mereka lihat hanyalah apa yang ingin mereka percayai. chelsea hanya ingin dicintai. tapi mungkin, beberapa orang memang ditakdirkan untuk hanya menjadi bayangan dalam hidup orang lain-hadir, tapi tidak pernah benar-benar ada. --- WARNING ⚠️⚠️⚠️ HASIL PEMIKIRAN SENDIRI TERDAPAT BANYAK MISTERI. DIHARAPKAN KALIAN MEMBERIKAN DUKUNGAN SEPERTI VOTE+KOMEN FOLLOW SEBELUM MEMBACA. BILA ADA KESAMAAN MOHON DIMAAFKAN, KARNA MANUSIA BISA SAJA MEMBUAT KESALAHAN 👾
You may also like
Slide 1 of 10
PAS NGOPI cover
OUR MEMORIES ( TAMAT ) cover
Torn Between Tommorows [TERBIT] cover
Coffee Shop Serendipity [ ON GOING ] cover
One cup of coffee  cover
Kembar-kembar Somplak. cover
regret cover
Gege dan Sumini [END] cover
𝙃𝙔𝙋𝙊𝙋𝙃𝙍𝙀𝙉𝙄𝘼 🥀 (HIATUSS)  cover
I Love My Self In Another Universe cover

PAS NGOPI

7 parts Ongoing

PAS NGOPI Di sudut kampung yang sunyi, di bawah rindangnya pohon jati tua, berdiri sebuah warung kopi sederhana. Atapnya dari anyaman daun kelapa, dindingnya bilah-bilah bambu yang sudah menguning dimakan usia. Di dalamnya, meja-meja kayu kasar dan bangku panjang yang sudah licin karena sering dipakai. Warung itu bukan sekadar tempat minum kopi, melainkan ruang berkumpulnya para petani, tukang becak, dan nelayan setelah seharian bekerja. Mereka duduk melingkar, menyeruput kopi hitam pekat dari cangkir-cangkir tanah liat, sambil berbagi cerita tentang hidup, tentang tanah, tentang laut. Kopi yang disajikan bukanlah kopi impor yang mahal, melainkan kopi tubruk asli, digiling manual, diseduh dengan air mendidih dalam teko besar. Aromanya menusuk hidung, rasanya pahit tapi membangkitkan semangat. Di warung itu, kopi bukan sekadar minuman, melainkan simbol kebersamaan, kejujuran, dan kesederhanaan. Di sana, filsafat hidup mengalir begitu saja, dari mulut ke mulut, dari hati ke hati. Namun, zaman bergulir. Warung-warung kopi tradisional perlahan mulai berubah. Di kota-kota besar, muncul kedai-kedai kopi modern dengan interior tempat berkumpul para petani atau nelayan. Ia menjadi ruang bagi anak-anak muda dengan laptop dan gadget canggih, sibuk dengan dunia maya. Percakapan tentang hidup dan alam berganti dengan obrolan tentang bisnis, politik, atau sekadar gosip selebriti. Kopi, yang dulu menjadi simbol kesederhanaan, kini menjelma menjadi gaya hidup. Harganya pun melambung, seolah menjadi penanda status sosial..