Diumur dua puluh satu tahun, Luhan menemukan banyak pelajaran di hidupnya. Dia mendapatkan pelajaran yang tidak ia peroleh dari Mr. Lee -dosen kesayangannya-, ataupun dari buku tebal sastra yang menjadi makanannya sehari-hari. Tentang cinta kepada senior yang ia kira sudah usai meninggalkan luka beberapa tahun silam, tentang tatapan kebencian adik tiri yang sejak awal tidak pernah ia anggap sebagai hal yang serius, dan tentang garis hidupnya yang tidak hanya berisi dirinya, ayah, ibu tiri, dan Natasya -si adik tiri-.